banyumas.org – Seperti daerah lain di Indonesia, Kabupaten Banyumas juga memiliki keragaman budaya khasnya sendiri. Diantaranya adalah alat musik khas Banyumas, yaitu Kentongan. Alat tradisional yang dulunya sebagai penanda kejadian ini kemudian pada tahun 1970-an dimanfaatkan oleh masyarakat Banyumas sebagai alat musik. Lambat laun permainan kentongan berkembang menjadi sebuah pertunjukan grup musik yang terus disesuaikan dengan perkembangan jaman. Sehingga dapat terus dinikmati oleh berbagai usia.
Budaya tradisional menjadi jati diri bangsa Indonesia yang dengan tujuan untuk mensejahterakan dan memajukan ekonomi masyarakat Indonesia dengan memproduksi suatu karya yang nantinya akan menjadi karya intelektual yang tinggi. Berbagai budaya diberbagai daerah di Indonesia selalu menjadi pusat perhatian para pendatang loh.
Salah satu kesenian dan budaya musik tradisional yang perlu kalian ketahui adalah alat musik kenthongan atau biasa disebut dengan Thek-thek yang berasal dari budaya Banyumasan yang meliputi kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Purbalingga.
Sejarah Kentongan sebagai Alat Musik khas Banyumas
Kentongan berasal dari kata dasar kenthong dan akhiran an, mengandung pengertian memainkan kentong. Alat musik yang dibuat dari potongan bambu wulung yang batangnya lembut dan bisa mengeluarkan suara yang nyaring.
Kesenian kenthongan atau kentongan seperti bentuk yang sekarang ini mulai muncul tahun 1997, di desa Ajibarang Kulon, kawasan Tambakan, Kabupaten Banyumas. Tahun 1993 kesenian kenthongan sempat menghilang, dan digiatkan kembali tahun 1997 dengan melibatkan generasi muda dari wilayah setempat.
Tahun 2004 seorang seniman Banyumas, Edi Romadhon, pernah mengumpulkan kelompok musik kenthongan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas dan membuat orkestra musik. Pertunjukan ini kemudian dicatat sebagai rekor MURI kategori Orkestra Musik Kenthongan dengan pemain terbanyak (125 orang). Kesenian kenthongan juga pernah tampil dalam upacara Penurunan Bendera Pusaka di Istana Negara pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2004. Untuk melestarikan kesenian kenthongan ini, Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah juga kerap menampilkannya.
Fungsi kenthongan dulu dan sekarang
Pada zaman dahulu, kenthongan hanya digunakan sebagai tanda pengingat, komunikasi jarak jauh, sebagai tanda bencana alam dan bahkan penanda adzan. Bunyi kenthongan diatur sesuai kesepakatan masyarakat, sedangkan makna komunikasinya ada pada ritme suara dan kombinasi dari suara yang dihasilkan. Untuk memberitahukan ada maling misalnya, kenthongan akan dipukul satu kali, jika diulang maka harus ada jeda di antara masing-masing bunyi. Lalu jika ada kebakaran, kenthongan dipukul dua kali.
Saat ini fungsi kenthongan yang dahulu sudah tergantikan dengan alat canggih yang sekarang kalian gunakan. Namun, budaya ini tetaplah berkembang meskipun fungsinya sekarang berbeda dan beralih menjadi alat musik kenthongan.
Dan perlu kalian tahu bahwa kenthongan yang akan digunakan untuk alat musik kesenian daerah Banyumasan dirancang dengan cara yang khusus. Mulai dari pemilihan bambu yang pas, cara pembuatannya dan ditentukan sesuai dengan ritme yang berbeda.
Kentongan Menjadi Kesenian Musik
Sebuah pertunjukan kesenian kenthongan pun dirancang dan diatur sesuai dengan tampilan yang agar dilihat oleh peminat lebih nyaman.
Pertunjukan kesenian kenthongan memasukkan unsur tari dengan tampilan para penari laki-laki dan perempuan. Dengan ciri khas gerak tari perempuan yang bergaya Banyumasan yaitu tegas, patah-patah serta lebih menonjolkan gerak bahu serta goyangan pinggul dengan posisi jari telunjuk ditekuk kedepan. Sedangkan penari laki-laki menari sambil membawa ebeg (semacam kuda kepang) dan tameng jumlah penari yang tidak selalu sama.
Pemain alat musik lainnya yaitu angklung, simbal, drum, gambang kentur) hanya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama. Sedangkan Kenthong dimainkan dengan cara memukulkan tongkat kayu atau bambu kecil berukuran 20-30 cm pada badan kenthongnya itu sendiri Untuk menyiasati bunyi kenthong yang monoton dan tidak memiliki nada dasar, dalam pertunjukannya
Lagu yang disajikan dalam pertunjukan kesenian Banyumasan meliputi campursari, dangdut, pop dan lain sebagainya dengan Perpaduan alat-alat musik tersebut menciptakan irama yang selaras dan enak didengar. Penggunaan angklung memperlihatkan perpaduan musik Sunda dan Banyumas. Keduanya saling mempengaruhi karena Cilacap yang merupakan salah satu kota di Kabupaten Banyumas berbatasan langsung dengan Jawa Barat.